Review Game Oninaki: JRPG Emosional Bertema Kematian dan Reinkarnasi

Tokyo RPG Factory kembali menghadirkan sebuah karya penuh emosi lewat Oninaki, game ketiga mereka setelah I Am Setsuna dan Lost Sphear. Masih konsisten dengan nuansa kesedihan dan eksistensialisme, Oninaki mengangkat tema kematian dan reinkarnasi sebagai pondasi utama ceritanya. Bukan sekadar RPG biasa, game ini berusaha menggugah sisi emosional pemain sembari menghadirkan pertarungan penuh aksi. Lantas, seberapa menarik game ini untuk dijelajahi?

Mengenal Dunia dan Tokoh Utama dalam Oninaki

Kisah Oninaki berpusat pada Kagachi, seorang pemuda yang sejak kecil kehilangan kedua orang tuanya. Ia tumbuh menjadi seorang Watcher, yaitu penjaga reinkarnasi yang bertugas memastikan arwah-arwah yang masih terikat urusan dunia dapat menuju reinkarnasi. Kagachi bekerja di bawah pengawasan Kushi dan sering berpartner dengan teman masa kecilnya, Mayura.

Dunia dalam Oninaki terbagi dua: dunia orang hidup dan dunia orang mati. Kagachi dapat berpindah antar dua dunia ini untuk berinteraksi dengan arwah dan mengungkap kisah masa lalu mereka. Tema reinkarnasi bukan hanya menjadi latar belakang, tapi benar-benar menyatu dalam mekanisme gameplay dan cerita.

Eksplorasi Dua Dunia Paralel yang Berbahaya

Dalam Oninaki, perbedaan antara dunia hidup dan mati tidak hanya visual, tetapi juga memiliki efek nyata pada gameplay. Dunia orang mati dipenuhi dengan arwah dan monster yang disebut Fallen, hasil dari arwah yang gagal bereinkarnasi karena emosi atau keinginan yang belum terpenuhi.

Pemain harus sering berpindah antar dua dunia untuk menyelesaikan quest dan memahami latar belakang karakter-karakter yang mereka temui. Setiap area memiliki tantangannya masing-masing, termasuk bos mini bernama Sight Stealer yang menjadi penjaga jalur progresi cerita.

Perpaduan Sistem Aksi dan Strategi: Pertarungan dalam Oninaki

Berbeda dari game Tokyo RPG Factory sebelumnya yang berbasis turn-based, Oninaki mengadopsi sistem pertarungan real-time action. Pemain dapat menyerang, menghindar, dan menggunakan serangan khusus secara langsung, mirip dengan game seperti Ys atau Dark Souls.

Sistem Manifest menjadi salah satu fitur penting di pertarungan. Dengan mengisi Affinity Point hingga 100%, pemain dapat memperkuat serangan dan meningkatkan efek kritikal. Variasi senjata dan kecepatan serangan juga memberi keleluasaan dalam memilih gaya bermain.

Daemon: Jiwa Tanpa Masa Lalu yang Menjadi Teman Bertarung

Setiap senjata dalam Oninaki diwakili oleh sosok yang disebut Daemon. Mereka adalah arwah yang gagal bereinkarnasi dan tidak memiliki ingatan masa lalunya. Daemon berperan sebagai sistem "class", dengan kemampuan dan gaya bertarung yang unik.

Terdapat 11 Daemon yang dapat ditemukan sepanjang permainan. Masing-masing memiliki pohon skill dan cerita masa lalu yang tragis. Menggunakan Daemon secara aktif akan membuka lebih banyak skill dan memperkuat kemampuan mereka. Hal ini menciptakan kedalaman strategis yang membuat pemain bisa mengembangkan gaya bermainnya.

Sistem Waystone dan Alchemy yang Unik

Sistem penyimpanan data dalam Oninaki menggunakan Waystone, batu khusus yang bisa mengembalikan HP, mengusir musuh, dan digunakan untuk fast travel. Menariknya, kamu tidak bisa membeli senjata seperti di RPG biasa. Sebaliknya, kamu harus mencari senjata di dungeon dan meng-upgrade-nya melalui sistem Alchemy.

Kamu juga dapat membuat senjata melalui sistem Transmute dengan menggabungkan senjata lama. Hal ini membuat eksplorasi dungeon terasa penting karena setiap pertempuran bisa memberikan bahan yang dibutuhkan untuk membuat perlengkapan baru.

Kisah Penuh Emosi dan Pilihan Ending

Oninaki bukan hanya soal pertarungan dan mekanik, tapi juga soal cerita yang penuh muatan emosional. Setiap arwah yang ditemui punya kisah sedih, mulai dari kematian karena penyakit, tragedi keluarga, hingga intrik politik. Semua ini membuat pemain bisa lebih menghargai kehidupan dan merelakan kepergian.

Kisah utama Kagachi juga mengungkap misteri besar tentang Night Devil dan bagaimana sistem reinkarnasi bekerja. Game ini memiliki tiga ending berbeda: baik, netral, dan buruk, yang ditentukan berdasarkan pilihan akhir pemain. Tidak perlu grinding atau menyelesaikan syarat khusus untuk melihat ending ini, cukup pilih keputusan di akhir cerita.

Audio yang Minimalis namun Bermakna

Salah satu hal yang mungkin terasa janggal bagi beberapa pemain adalah minimnya musik dalam Oninaki. Namun, pendekatan ini tampaknya disengaja untuk menciptakan suasana sunyi dan reflektif. Musik akan muncul di momen-momen penting, dan ketika itu terjadi, efek emosionalnya terasa sangat kuat.

Kesimpulan: Oninaki, Perjalanan Spiritual yang Menyentuh

Oninaki adalah game yang unik dan berani menempuh jalur berbeda dari RPG kebanyakan. Dengan cerita menyentuh, mekanik pertarungan yang dinamis, dan sistem class berbasis Daemon yang mendalam, game ini menawarkan pengalaman yang penuh makna. Meski beberapa elemen seperti audio dan pacing cerita bisa terasa lambat bagi sebagian pemain, Oninaki tetap layak dijajal, khususnya oleh kamu yang menyukai kisah penuh emosi dan refleksi spiritual.

Apabila kamu mencari game RPG yang tidak hanya menantang refleks tapi juga menyentuh hati, Oninaki adalah pilihan yang sangat direkomendasikan.

Baca Juga: Review Olympic Games Tokyo 2020: Game Seru Bertema Olahraga